Gandeng 4 Universitas, YAICI Tingkatkan Hasil Riset dan Penelitian Terkait Gizi
Sebagaimana diketahui, masa depan anak dipengaruhi oleh kecukupan gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan anak.
Kekurangan gizi dan gangguan-gangguan kesehatan yang terjadi pada masa 1.000 HPK akan berdampak terhadap kemampuan dan produktivitas SDM dimasa mendatang. Untuk itu, peningkatan literasi dan kesadaran masyarakat akan gizi penting dilakukan sejak dini.
“Salah satu yang perlu didorong adalah memastikan asupan protein yang cukup pada anak, terutama protein hewani karena sangat penting untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan juga massa otak. Karena itu masyarakat perlu memahami, gizi anak tidak cukup bila hanya dari protein nabati seperti tahu dan tempe, tapi diperlukan asupan protein hewani yang dapat diperoleh dari telur, ikan, daging dan susu,” jelas Arif.
Susu merupakan sumber hewani yang mengandung energi, protein, asam amino dan mikronutrien hanya ditemukan dalam makanan hewani sumber yang dapat merangsang pertumbuhan.
Konsumsi susu yang cukup dapat menambah nutrisi penting untuk pencapaian Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk anak Indonesia. Rendahnya konsumsi protein hewani dan susu pada balita menyebabkan tingginya prevalensi stunting dan gangguan gizi lainnya.(ray/jpnn)
Salah satu penyebab sulitnya mengatasi masalah gizi keluarga adalah tingkat literasi gizi masyarakat yang masih rendah.
Redaktur & Reporter : Budi
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jakarta di Google News